Irfan Mohammad
3 min readFeb 20, 2024

Di Atas Udara Pesawat Terbang & Puisi Lainnya

Di Atas Udara Pesawat Terbang

Dari pulau Dewata menuju Sangihe
Aku tak tahu apakah ia pulang
Mengantongi kabar gembira? Tapi
Ketika melihat berita-berita media;

Helmud Hontong meninggal dunia
Setelah terbatuk-batuk di atas udara

Mati lagi seorang pejabat yang mulia
Beberapa orang yang melindungi rakyat
Akan terkena hukuman yang mengerikan
Di negeri ini nyawa harganya berapa?

Pahlawan pembela rakyat dari tirani
Perebut kembali pohon dan hewan
Dari cengkeraman pertambangan
Yang memperkaya dirinya sendiri

Klise! Helmud ternyata masih hidup
Bersama Munir dan kawan-kawan
Di hati kami yang pada akhirnya
Akan selalu ada dan meneruskan
Perjuangan menagih keadilan!

2021

Terima Kasih Pahlawan

1/
Karena jasamu kita merdeka
Dan sebagai anak-cucumu
Kita jadi manusia yang seutuhnya

2/
Di atas panggung dunia
Aku menampilkan diri
Berusaha tenang walaupun takut
Sebagai orang, normal takut. Tetapi aku
Mesti melawannya dengan berjalan terus

Karena berhenti dan mundur itu berarti
Hancur

3/
Sebab bukankah kita sudah bersahabat
Dengan kenyataan bahwa kita adalah Pemilik sah negeri kita sendiri?
Apakah akan kita jual keyakinan kita

Dalam pengabdian yang tak berharga
Dengan rebahan di kasur saja?
Lalu orang bodoh bertanya-tanya
Inikah yang namanya merdeka?
Tidak, aku katakan dengan tegas, tidak!

4/
Ketika aku berani sholat, itu berarti aku
Mengakui bahwa ibadahku, hidup dan
Matiku hanya untuk Tuhan semesta alam
Dengan konsekuensi harus berani

Mengambil pilihan, untuk memeriahkan
Perintah-perintah Tuhan
Layaknya para pahlawan kemerdekaan
Yang bertumpah darah
mengusir para
Penjajah dan tak pernah merasa lelah
Untuk berteriak: Merdeka!

5/
Setiap dari kita adalah pejuang untuk
Mencerahkan masa depan yang bersinar
Seperti hati yang bercahaya yang akan
Berpegang teguh

Kepada Tuhan yang Tidak mati
Dia yang akan berjuang
Hingga ditakdirkan mati

7/
Terima kasih pada segala yang
Memberikan kehidupan
Wahai para pahlawan
Betapa sulitnya kami melawan
Bangsa kami sendiri

17 Agustus - 2023

Rezim

Kami tumbuh diajari ibu untuk bisa bicara
Akal terbuka diberi pendidikan sekolahan
Di kampus di tempat ngaji dan di manapun
Kami membaca buku berniat agar cerdas

Tetapi masa sekarang orang pintar jangan
Berpikir, biar tidak menyakiti orang bodoh.
Seringnya? Dibantah telak oleh yang tua
Mereka amat marah yang muda lebih tau

Stigma itu bisa-bisanya jadi hukum karet
Jika melanggar mudah kita dipenjarakan
Bukankah? Melekat hak-hak kodrat alam
Bahwa setiap penindasan harus dilawan

Jangan meremehkan orang-orang berilmu
Sekalipun umur lebih muda dari penguasa
Sungguh setiap kecamannya bisa berubah
Yang berpanahkan ancaman pada kalian!

2024

Sudah Berapa Lama?

Sudah berapa lama perut kita kenyang?
Pilah-pilih menu sesuka hati. Makan enak!
Sampai lauk buatan ibu terbuang, sia-sia
Di tempat sampah belatung berpesta pora

Malaikat merentangkan sayap memeluk
Seorang anak kecil yang disiksa kelaparan
Bibirnya gemetar mengunyah dedaunan
Sungguh, surga tak kuasa menahan tangis

Hujan pun turun agar mereka bisa minum
Air tiga hari yang lalu, yang menggenang
Dan kekeruhan itu penghilang dahaganya
Sudah berapa lama kengerian ini terjadi?

Anak bayi tertimbun di reruntuhan. Mana Ibunya? Kakaknya? Ayahnya? Mati juga!
Bukan ajaib anak-anak itu tumbuh menjadi
Singa-singa untuk kemerdekaan tanahnya

Ya Allah, kami lalai mengingat alam kubur
Sudah berapa lama kita tidak sadarkan diri
Diperbudak nafsu-dunia. Sedang Palestina
Berkata: Aku tidak bisa bertindak sendirian

Masihkah hati tergerak karena terasa perih
& entah sampai berapa lama kita nantikan
Dengan aksi melangitkan doa untuk saudara
Tak bosan-bosan: kami di sini bersamamu!

2024

Engkau Mengapa Saudaraku

Aku tiada bisa lagi bertanya
Mengapa engkau menangis?
Dan lihat kau begitu tersiksa
Hingga jeritanmu terdengar
Di seluruh penjuru dunia

Sakit hati aku melihatmu kesakitan
Tertiban puing-puing rumah sendiri

Mengapa engkau bersimbah darah?
bolehkah aku menemuimu, sebentar saja
untuk menyeka air mata
yang berwarna merah
di pelipis matamu?

Di tempatmu
Bom meledak
Dan dukamu
adalah kesedihanku
Hingga aku berang

Mengapa keparat itu senang
Menyebar berita kebohongan?
Munafik sejati! mereka tak berhenti
Sebelum tanah Palestina didapati

Langit hingga menjadi merah
Bukan sore tapi di malam hari
Langit Palestina jadi merah akibat
Dari kebakaran besar yang terjadi

Amerika babi menjadi babu Israel
Terpecah dua kubu. Aturan-aturan
Dilanggar dibalut dengan kebohongan
Namun kami tidak hanya
diam

Karena kebenaran tidak pernah mati
Akan selalu ada yang bela hak keadilan
Atas izin Tuhan lewat Afrika Selatan
Tak tersangkal langit merah jadi saksi

Saudaraku dukungan kami dari sini
Meski nilainya sedikit semoga berarti
Dan selalu ingin aku meyakinkanmu:
Kemenangan yang nyata dijanjikan Tuhan!

2024

Irfan Mohammad
Irfan Mohammad

Written by Irfan Mohammad

Penyair | Murid yang berguru di jalan cinta

No responses yet